Tinta dalam pena-Mu
Hidupku bagaikan tintaMengalir deras mengikuti irama
Tangan ketetapan garis takdirmu
Mencari arti mimpi yang hakiki
Menggores setiap langkah demi langkah
Kadang hitam
Kadang kelam
Kadang kelabu
Begitulah aku tersesat dalam menuju pangkuan-Mu
Engkau pujangga sejati
Engkau penyair hakiki
ajarilah aku dalam bahasa firman-Mu
Agar aku dapat mengalir dalam warna yang biru
Yang melambangkan keteduhan kalbu
Dalam mencari ridha-Mu
Dalam pena-Mu
Dalam diam
Aku diam dalam sejuta pikiranmenerawang jauh
Entah apa yang sedang aku pikirkan
Aku sendiri tidak tahu
Yang pasti,pikiranku sedang tak menentu
Oh,akankah ini terus begini
Terus tak menentu
Aku sendiri tak mengerti
Sebab apa yang harus ku perbuat
Hanya diam yang dapat ku perbuat
Bila tiba waktunya
Bila tiba waktunya
Biarlah kabut turun menutup hatiku
Dan, Biarlah duniaku hilang
Agar tak kutemui lagi
Semua terserah padamu
Tak perlu airmata itu
Aku rela kehilangan hidup
Hilang akibat dosa
Tapi aku tak gentar
Pada waktu yang telah kau tentukan
Jiwaku datang merindukan
Kasih dambaanku seorang
Untuk hadir dalam matiku
Telah berlalu
Kita bebas dari belenggu penjajahan
Tiada lagi hari hari penuh ketakutan
Dari dentumnya mesiu
Dari menggelegarnya meriam
Dari di diburu buru....
Enam puluh lima tahun...
Kini sudah,
Kita telah merdeka
Dari yang namanya penjajahan
Kini kita harus bekerja
Bekerja dan bekerja
Apa yang kita bisa
Itulah yang kita perbuat
Ijazah yang kita punya
Sebagai bukti anak sekolah
Ya,kita memang anak sekolah...
Tetapi bukan pemakan bangku sekolah
Seperti rayap,yang kerjanya hanya menggerogoti ijazah
Tetapi kita bukanlah rayap
Namun kita juga suka menggerogot
Menggerogot apa,jangan bertanya padaku
Lalu pada siapa,
Tanyalah pada hati
Enam puluh lima tahun...
Enam puluh lima tahun...
Enam puluh lima tahun...
Aku ingin bertanya padamu,
Dimanakah tempatnya rayap itu!
Gelap mulai mengelilingi bumi
Diantara jalan jalan raya
Mutiara pasang aksi bersama malam
Di jantung perkotaan
Kala pancaran mutiara yang kemilau
Ada diantara jalan jalan raya
Orang banyak sering diam sejenak
Dimalam hari
Di jantung perkotaan
Kadang dalam hati timbul iba
Antara tanya,
Mengapa dia ada diantara jalan jalan raya
Kenapa ia menempuh jalan pintas
Dijantung perkotaan
Doaku pada Tuhan
Semoga mutiara selalu selamat
Pada kembalinya disetiap senja
Yang hampir kelam
Begitu hitamnya hidupmu
Aku tak pernah rela
Kau ada disudut sana
Pernahkah kau bayangkan
Begitu kelamnya hidupmu
Aku tak pernah rela
Kau ada disudut sana
Kau tak pernah memahami
Kau tak pernah tau hati ini
Ingin kubawa dirimu tanpa penyesalan
Tanpa keterpaksaan
Menghapus hitamnya hidupmu
Apa gunanya kita selalu mengumbar kata kata!
Kalau hanya suara semu
Kepalsuan bukannya jaman
Kepalsuan adalah kelicikan manusia
Yang pandai bicara
Yang selalu mendongeng
Yang selalu gembar gembor tentang program
Demi orang banyak katanya
Katanya,yah katanya!
Aku jenuh dengan kata katanya
Sebab kenyataan bukan kata kata
Sukma lepas terasa
Lambaian bayang sukar di halau
Membuat berdiri bulu kuduk
Lagi,....malam datang
Diantar bunyi satwa liar
Ujung kota bilangan barat jakarta
Menemani hati tertoreh pisau tajam
Gemerisik riuh
Suara daun bambu
Salìng susul menyusul
Riuhnya pucuk pucuk cemara di desa ini
Angin sepoi mendayu
Merambat jemari hingga lengan tangan
Hanya ada selimut abadi
Embun malam menjelang pagi
Aku meniti sepi....
pandanganku kosong menerawang kemanakah arahku
Aku bingung
Sebab langkahku yang tak pasti
Aku mencari jati diriku yang telah hilang
Hilang karna sebab cinta yang semu
Aku mencari....
Mencari...
Dan selalu mencari
Walaupun sudah terasa jenuh
Mencari jati diri yang telah hilang
Hilang karna buaian cinta yang palsu
Ingin kusaksikan disini
Dibalik dinding ini
Ada yang ingin kutanyakan
Kepada bulan...
Saat kuintip diselah bilik kamar
Agar aku menoleh kesemua arah
Kau datang laksana angin
Kau raih aku tanpa menyentuh
Oh...Dewiku
Sesaat melamun
Engkau siang dan malamku
Kau ubah dimasa silamku
Yang tak dapat kuterima kenyataan
Sepi selalu membuai membelai hidupku
Membelenggu hari hariku
Dan aku tenggelam bagai tak tahu arah hidup..
Pada perasaan yang mencekam jiwa
Duka itu tetap membayang
Bagai bayangan hidup
Yang tak pernah sirna
Ketika itu aku terpesona pandangan pertama
Sorot matamu yang sendu
Mampu menerobos kalbuku yang paling dalam
Jiwaku bergetar...! Pikiranku melayang jauh
Memimpikan kau ada disampingku
Ketika kita sudah saling kenal
Aku begitu suka padamu
Kau gadis lugu
Senyummu menyejukan hatiku
Menentramkan jiwaku Namun,.....Ketika aku mendengar berita tentangmu
Aku terpaku
Pandanganku seketika kosong
Anganku hilang...Lenyap berganti duka yang dalam
Kau telah pergi
Pergi menghadap Illaahi Robbi
Kini, Aku hanya dapat berdoa dan mengenang
Selamat jalan Novi...!!!
Biarlah kabut turun menutup hatiku
Dan, Biarlah duniaku hilang
Agar tak kutemui lagi
Semua terserah padamu
Tak perlu airmata itu
Aku rela kehilangan hidup
Hilang akibat dosa
Tapi aku tak gentar
Pada waktu yang telah kau tentukan
Jiwaku datang merindukan
Kasih dambaanku seorang
Untuk hadir dalam matiku
Enam puluh lima tahun
Enam puluh lima tahun....Telah berlalu
Kita bebas dari belenggu penjajahan
Tiada lagi hari hari penuh ketakutan
Dari dentumnya mesiu
Dari menggelegarnya meriam
Dari di diburu buru....
Enam puluh lima tahun...
Kini sudah,
Kita telah merdeka
Dari yang namanya penjajahan
Kini kita harus bekerja
Bekerja dan bekerja
Apa yang kita bisa
Itulah yang kita perbuat
Ijazah yang kita punya
Sebagai bukti anak sekolah
Ya,kita memang anak sekolah...
Tetapi bukan pemakan bangku sekolah
Seperti rayap,yang kerjanya hanya menggerogoti ijazah
Tetapi kita bukanlah rayap
Namun kita juga suka menggerogot
Menggerogot apa,jangan bertanya padaku
Lalu pada siapa,
Tanyalah pada hati
Enam puluh lima tahun...
Enam puluh lima tahun...
Enam puluh lima tahun...
Aku ingin bertanya padamu,
Dimanakah tempatnya rayap itu!
Mutiara malam dijalan raya
Kala matahari tenggelamGelap mulai mengelilingi bumi
Diantara jalan jalan raya
Mutiara pasang aksi bersama malam
Di jantung perkotaan
Kala pancaran mutiara yang kemilau
Ada diantara jalan jalan raya
Orang banyak sering diam sejenak
Dimalam hari
Di jantung perkotaan
Kadang dalam hati timbul iba
Antara tanya,
Mengapa dia ada diantara jalan jalan raya
Kenapa ia menempuh jalan pintas
Dijantung perkotaan
Doaku pada Tuhan
Semoga mutiara selalu selamat
Pada kembalinya disetiap senja
Yang hampir kelam
Balada wanita penjaja cinta
Pernahkah kau renungkanBegitu hitamnya hidupmu
Aku tak pernah rela
Kau ada disudut sana
Pernahkah kau bayangkan
Begitu kelamnya hidupmu
Aku tak pernah rela
Kau ada disudut sana
Kau tak pernah memahami
Kau tak pernah tau hati ini
Ingin kubawa dirimu tanpa penyesalan
Tanpa keterpaksaan
Menghapus hitamnya hidupmu
Bukan kata kata
Guna apa kita banyak bicara?Apa gunanya kita selalu mengumbar kata kata!
Kalau hanya suara semu
Kepalsuan bukannya jaman
Kepalsuan adalah kelicikan manusia
Yang pandai bicara
Yang selalu mendongeng
Yang selalu gembar gembor tentang program
Demi orang banyak katanya
Katanya,yah katanya!
Aku jenuh dengan kata katanya
Sebab kenyataan bukan kata kata
Meniti sepi
Sunyi berkecamukSukma lepas terasa
Lambaian bayang sukar di halau
Membuat berdiri bulu kuduk
Lagi,....malam datang
Diantar bunyi satwa liar
Ujung kota bilangan barat jakarta
Menemani hati tertoreh pisau tajam
Gemerisik riuh
Suara daun bambu
Salìng susul menyusul
Riuhnya pucuk pucuk cemara di desa ini
Angin sepoi mendayu
Merambat jemari hingga lengan tangan
Hanya ada selimut abadi
Embun malam menjelang pagi
Aku meniti sepi....
Mencari jati diri yang hilang
Aku berdiri terpakupandanganku kosong menerawang kemanakah arahku
Aku bingung
Sebab langkahku yang tak pasti
Aku mencari jati diriku yang telah hilang
Hilang karna sebab cinta yang semu
Aku mencari....
Mencari...
Dan selalu mencari
Walaupun sudah terasa jenuh
Mencari jati diri yang telah hilang
Hilang karna buaian cinta yang palsu
Kau yang selama ini kucari
Oh...DewikuIngin kusaksikan disini
Dibalik dinding ini
Ada yang ingin kutanyakan
Kepada bulan...
Saat kuintip diselah bilik kamar
Agar aku menoleh kesemua arah
Kau datang laksana angin
Kau raih aku tanpa menyentuh
Oh...Dewiku
Sesaat melamun
Engkau siang dan malamku
Kau ubah dimasa silamku
Yang tak dapat kuterima kenyataan
Keheningan
Dalam keheningan yang senantiasa memburuSepi selalu membuai membelai hidupku
Membelenggu hari hariku
Dan aku tenggelam bagai tak tahu arah hidup..
Pada perasaan yang mencekam jiwa
Duka itu tetap membayang
Bagai bayangan hidup
Yang tak pernah sirna
Kau telah tiada | Puisi buat Novi
Ketika kau melintas didepankuKetika itu aku terpesona pandangan pertama
Sorot matamu yang sendu
Mampu menerobos kalbuku yang paling dalam
Jiwaku bergetar...! Pikiranku melayang jauh
Memimpikan kau ada disampingku
Ketika kita sudah saling kenal
Aku begitu suka padamu
Kau gadis lugu
Senyummu menyejukan hatiku
Menentramkan jiwaku Namun,.....Ketika aku mendengar berita tentangmu
Aku terpaku
Pandanganku seketika kosong
Anganku hilang...Lenyap berganti duka yang dalam
Kau telah pergi
Pergi menghadap Illaahi Robbi
Kini, Aku hanya dapat berdoa dan mengenang
Selamat jalan Novi...!!!